Kabupaten Lembata yang jumlah penduduknya 113.358 jiwa, memiliki 16.370 KK miskin dan Jumlah penduduk yang miskin mencapai 75.896 jiwa. Kondisi kesehatan lingkungan yang memprihatinkan, 25 persen penduduk Lembata tidak memiliki WC dan 87.74 persen penduduk Kabupaten Lembata masih tergantung pada sumber air minum yang diduga tidak bersih dan tidak sehat. Tingkat pendidikan rendah dan angkah kematian bayi tinggi yakni 21,59/1000 kelahiran dengan angkah kematian ibu yang melahirkan tinggi (florespos.com,11/09).
Sementara data yang dimuat dalam www.nttprov.go.id/ntt_09/index.php?hal=kablembata, yang menyebutkan jumlah kemiskinan di lembata sebesar 80 persen dari sekitar 92.984 penduduk Lembata meskipun data tersebut berbeda namun intinya bagaimana usaha untuk menekan jumlah kemiskinan di negeri 1001 masyalah dibawa komando Duo Ande ( Drs Andreas Duli manuk dan Drs. Andreas Nula Liliweri) yang namanya sempat membumi saat PILKADA Lembata beberapa tahun silam.
Mengenal kemiskinan
Tanpa bersusa paya untuk melukis wajah - wajah kaum miskim yang penuh kerutan, fakta diatas cukup jelas menggabarkan rona wajah kemiskinan. Kemiskinan selalu diartikan dengan ketidakmampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan dasarnya. Di Indonesia, lazimnya orang makan tiga kali sehari. Ini berbeda denagn orang yang sebetulnya mampu makan tiga kali sehari, tetapi untuk alasan tertentu mereka sengaja makan dua kali sehari. Orang yang sedang diet misalnya. Orang yang sedang menjalankan program diet termasuk orang yang tidak mau makan tiga kali sehari walaupu mereka mampu. Sebaliknya orang miskin, mau makan tiga kali, tetapi tidak mampu.
Penyebab ketidakmampuan orang pun macam-macam, diantaranya; faktor alam, faktor bukan alam, atau gabungan keduanya. Faktor alam menjelaskan, orang yang tidak mampu karena alam tempat orang itu bermukim. Alam tidak lagi menyediakan bahan yang dapat diolah menjadi makanan. Laut sudah tidak menyediakan ikan, tanah tidaak lagi menyediakan lahan subur untuk dijadikan lahan pertanian yang dapat menghasilkan jagung, padi dan umbi-umbian.
Jika faktor alam berkaitan dengan ketersediaan bahan makanan maka faktor non alam tergantung pada kemampuan membeli bahan makanan. Pada masyarakat yang semua bahan makanannya disediakan oleh orang lain ( bukan alam) untuk memperolehnya membutuhkan uang. Untuk mendapatkan bahan makanan, seseorang harus membayar sejumlah uang. Saat ini sebagian besar bahan makanan diproduksi , dari semua produksi membutuhkan biaya. Karena semua hasil produksi ada harganya.
Jika penyebab pertama berkaitan dengan kemampuan alam, penyebab kedua berkaitan dengan uang yang dimiliki. Uang tidak jatuh dari lagit, tidak pula seperti daun-daun yang tinggal saja dipetik. Uang adalah alat tukar, artinyaa uang hanya dapat diperoleh jika ditukarkan dengan kemampuan dan keterampilan yang dimiliki.
Jika anda bekerja pada instansi swasta atau pemerintah, sebetulnya anda menukarkan kemampuan anda dengan uang. Uang juga bisa diperolah malaui berwirausaha. Seseorang bisa memproduksi barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan orang lain tentunya membutuhkan uang sebagai modal.
Kemungkinan menjadi pegawai atau berusaha sendiri sangat tergantung pada kesempatan. Kesempatan berkaitan dengan kebutuhan, baik melaui test melaui lowongan pekerjaan maupun perorangan, ini tergantung kebutuhan.
Selain berkaitan langsung dengan kebutuhan, juga dipengaruhi oleh tingkat persaingan. Saya mungkin memiliki kemampuan yang dibutuhkan oleh sebuah lembaga baik swasta atau instansi pemerintah, tetapi jumlah orang yang memiliki kemampuan yang sama dengan saya juga banyak. Saya mungkin bisa menghasilkan aneka barang dan jasa, tetapi banyak juga orang yang bisa meghasilkan barang atau jasa yang sama seperti saya. Ini yang menyebabkan persaingan makin ketat. Persaingan barkaitan dengan besar kecilnya kesempatan. Semakin tinggi persaingan, semakin kecil kesempatan yang diperoleh.
Persoalan lain yang sangat penting adalah modal usaha. Modal usaha adalah sejumlah dana yang digunakan untuk membiayai proses produksi. Modal diperlukan untuk membeli bahan baku, alat produksi dan bahan penunjang lainnya. Bagi sebuah usaha baru, modal bisa diperoleh dari milik sendiri atau pinjaman. Milik sendiri misalnaya mengandalkan tabugan yang sudah dikumpulkan sekian lama. Sedangkan pinjaman dapat diperoleh dari bank atau pihak lain. Orang yang bisa menabung adalah mereka yang sudah dapat memenuhi kebutuhan dasarnrya. Sedangkan, pinjaman modal hanya dapat diberi kalau ada kepercayan dari pemberi pinjaman. Kepercayaan hanya dapat dipenuhi melaui jaminan oleh pengguna modal.
Kisah diatas telah menggambarkan betapa sulitnya menjadi orang miskin. Makan saja susah, apalagi menabung. Jika ingin mendapatkan pinjaman untuk modal usaha tentu lebih susah lagi. Apa yang dapat dijadikan sebagai jaminan untuk mendapatkan pinjaman?
Maka, kemiskinan dapat dipahami sebagai ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar berupa papan, pangan dan sandang. Emil Salim (1980 ) dalam bukunya Perencanaan Pembangunan dan Pemerataan Pendapatan menjelaskan bahwa kemiskinan biasanya dilukiskan sebagai kurangnya pendapat untuk memenuhi kebutuhan hidup yang pokok. Bentuk kemiskinan seperti itu disebut kemiskinan mutlak. Kemiskinan mutlak adalah ketidakmungkinan terselenggaranya kehidupan yang manusiawi. Dengan kata lain, kemelaratan fisik dan materi yang ayata. Bentuk yang paling jelas adalah kematian dini, entah karena kelaparan, entah karena penyakit yang sebenarnaya dapat disembuhkan ( Moller, 2007:6). Jenis kemiskinan ini dapat terjadi jika daya dukung alam juga tidak mamppu menunjang kehidupan masyarakat di daerah tertentu.
Selain itu orang bisa miskin karena tidak memiliki akses pada sumber-sumber pendapatan. Bentuk kemiskinan ini sering disebut kemiskinan relativ. Kemiskinan relativ merupakan suatu katagori perbandingan yang menunjuk pada ketidakmerataan yang selalu ada dan katagori yang pada dasarnya tidak memiliki kaitan langsung dengan kemiskinan mutlak. Kemiskinan relativ bukan saja berkaitan dengan dengan keterkaitan ekonomi, tetapi juga ketidaakmerataan kesempatan daan peluang disegala bidang kehidupan lainnya (Moller, 2007: 7). Saat ini kemiskinan relativ dilihat sebagai ketidaketersediaan kesempatan untuk bekerja da berusaha.
UU No 32 tahun 2004 tentanng pemerintah daerah pasal 22 huruf b menjelaskan bahwa pemerintah bertanggungjawab untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat. Hal ini sangat dibutuhkan keterampilan pemerintah dalam mengelola SDA dan SDM masyarakat setempat untuk mengembangkan daerah untuk meningkatan pendapatan perkapita.
Upaya-upaya yag haru dilakukan adalah pertama; mempermuda akses bagi masyarakat dalam pelayanan public. Jalan-jalan menuju kantong produksi harus diutamakan, sehingga biaya transportasi bisa ditekan dan juga kwalitas barang tetap dijaga untuk tembus pasaran baik lokal maupu interlokal. Kedua; pemberdayaan masyarakat berbaasis wirausaha. Hal ini dibutuhkan pendampingan berkelanjutan baik paada sector peertanian dan kelautan. Tenaga –tenaga pendamping harus berkompetensi dibidangnya. Tentunya upah bagi tenaga pendamping harus diatas rata-rata agar dapat bekerja semaksimal mungkin.
Ketiga; Pemangkasan anggaran belanja daerah untuk subsidi modal bagi pengembagan kewirausahaan. Ini dibutuhkan kerelahan pejabat –pejabat Lembata meninggalkan budaya life stile yang tidak memenuhi skala prioritas. Penggadaan laptop bagi anggota DPRD Lembata contohnya sebenarnya buag-buang uang rakyat padahal kwalitas DPRD juga belum memiliki standar layak. Ini terbukti dalam hasil survey yang menyebutkan bahwa dari sejumlah PERDA yang dihasilkan pemerintah daerah se Indonesia 75% inisiatif eksekutif sedangkan fungsi DPRD haya ikut membahas dan menyetujui. Lalu untuk apa “murid pendengar” harus di lengkapi fasilitas yang mewah?
Pemangkasan anggaran balanja pejabat daerah untuk jalan-jalan lewat proyek study banding dan tugas keluar lainya harus dikurangi bahkan tidak boleh ada dengan alasan bahwa selama 10 tahun otonomi lembata pejabat sering jala tapi rakyat tetap tidak bergeming dari kemiskinan. Empat; mengoptimalkan BMUD ( Badan Usaha Milik Desa ) disetiap desa berbasis agrobisnis. Tujuannya agar menempatkan desa sebagai jantung perekomian bagi masyarakat kota karena kelimpahan bahan baku.
Kiranya dengan dilakukan hal-hal diatas paling tidak mengurangi angkah pengangguran dan kemiskinan di bumi yang kita cintai.
Blast. D. Lejap
You Might Also Like :
0 komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan komentar, dan jangan lupa kembali lagi