Bagi mahasiswa dari kalangan keluarga berkecukupan atau yang kebetulan sedang menjalankan tugas belajar, pengadaan biaya studi tidak menjadi masalah. Akhir bulan duit habis tinggal “menjebol” berangkas orang tua sambil memberikan alasan ini-itu, maka “kran” weselpun lekas mengalir. Lebih lebih jika mampu mendramatisasi kabar yang memelas kepada orang tua. Dijamin berhasil.
Untuk mahasiswa tugas belajar, uang saku sudah diperhitungkan cukup oleh lembaga yang mengirimnya, sedangkan gajih mereka tetap diterima utuh. Bagi kelompok ini, tugas belajar merupakan berkah; bebas dari kerja rutin, dapat bea siswa, makan gaji buta dan siap untuk dipromosi jabatan.
Sayangnya, tidak semua mahasiswa menemui nasip mujur seperti itu. Bahkan kebayakan justeru hidup dengan uang saku pas-pasan, atau nyaris kekeurangan, siap gigit jari dan makan angin. Dalam sebuah diskusi tidak resmi ditempat kos penulis, bayak teman-teman yang mengaku kekurangan uang untuk biaya hidup. Yang menjadi korban biasanya teman dekatnya, ibu kost atau warung tempat makan. Tahu-tahu rekening tagihan utangpun menggunung. Mungkin, pernah terjadi ada mahasiswa yang meninggal karena gejalah kekurangan gizi, atau juga tewas karena maagnya kumat yang disebabkan kurang makan atau juga tahan lapar, tetapi tidak diekspose media.
Megenai biaya hidup sehari-hari untuk keperluan makan, jajan, dan beli buku besarnaya beragam, sesuai dengan tingkat social mahasiswa. Yang paling sederhana mungkin masi bisa bertahan dengan uang saku Rp. 300.000/ bulan sedangkan bagi mahasiswa yang orang tuanya mampu, kiriman uang 1.000.000 / bulan pun bisa jadi masi kurang.
Tulisan ini bermaksud untuk memberi gambaran kepada siswa SMU/ SMK yang akan memasuki bangku perguruan tinggi dan juga sebagai gugahan bagi mahasiswa dari kalangan grass-root (termasuk penulis) terhadap potensi yang alam yang masi terpendam. Mencoba memenfaatkan ruang dan waktu yang masi tersisa agar berswadaya untuk mencari biaya kuliah sendiri, atau kalaupuin tidak, minimal mengurangi beban orang tua wali. Meski terasa pahit, dan sedikit menyakitkan, namun terasa lebih puas menikmati uang hasil usaha sendiri.
Gunakan Fasilitas
Masi banyak mahasiswa yang belum menyadari bahwa diperguruan tinggi saat ini menyediakan kemudahan bagi mahasiswa untuk meringankan biaya studi. Di kampus penulis misalnya banyak terdapat program beasiswa yang ditawarkan untuk meringankan biaya kuliah, baik untuk mahasiswa yang berprestasi ataupun yang mahasiswa yang kurang mampu. “Bahkan pemerintah kadang memberikan beasiswa untuk membungkam mahasiswa yang “berontak” terhadap kebijakan pemerinta yang tidak pro rakyat”, kata berita. Selain beasaiswa kuliah, ada juga perguruan tinggi yang memberikan asrama bagi mahasiswanya dengan biaya murah, hal ini tentu saja dapat membantu meringankan baban mahasiswa karena harga kost saat ini melembung tak karuan.
Bagaimana cara mendapatkannya?
Biasanya disetiap perguruan tinggi dilengkapi dengan perangkat yang dinamakan Badan Kesejahteraan Mahasiswa. Bagian ini mengurus segala tetek bengek yang berkaitan dangan kesejahteraan mahasiswa. Dari memberikan pinjaman uang sampai memberikan rekomendasi bagi pembebasan seluruh/ sebagian uang SPP. Jadi yang namanya SPP bisa dibebaskan, jika memang benar-benar kurang mampuh. Disamping itu, ada banyak peluang beasiswa bagi mahasiswa yang bersumber baik dari Depdikbud, yayasan ataupun donator lainya yang punya keprihatinan bagi kaum susah (mahasiswa) yang ingin mengenyam pendidikan tinggi.
Disamping uang kost biaya hidup dan SPP, pengadaan buku teks dan diktat seringkali menjadi beban bagi mahasiswa dari kalangan yang kurang mampu. Akan tetapi masalah ini sebenarnya dapat dijembatani dangan cara memanfaatkan perkumpulan mahasiswa daerah yang biasanya yang ada disetiap kampus, misalnya perhimpunan mahasiswa sumatera utara malang, PRIMAFLOR (Perhimpunan Mahasiswa Flores) Malang dsb. Membangun relasi dengan senior di kampus juga merupakan suatu cara untuk dapat meminjamkan buku teks atau diktat. Satu cara yang paling efesien dan evektiv adalah memanfaatkan perpustakaan kampus yang membuka peluang bagi mahasiswa untuk meminjam buku untuk dibawa pulang dengan batas waktu pinjaman yang sudah ditentukan.
Kerja sambilan.
Bidang kerja yang sangat cocok bagi kalangan mahasiswa adalah menjadi guru privat bagi anak-anak SMU / SMK, SMP ataupun SD. Saat ini guru perivat yang sangat dibutuhkan adalah bidang studi golongan eksata dan bahasa asing. Seorang teman penulis misalnya memberikan privat bagi siswa SMA satu miggu dua kali untuk mata pelajaran matematika dengan biaya Rp. 50.000/ bulan. Penghasilannya lumayan apabila dapat memperoleh sepuluh orang siswa, hitung-hitug dapat menambah penghasilan dan membantu meringankan beban orang tua. Bagi yang memililki talenta dalam membaca Al Quran, dapat memberiakan privat kepada keluarga muslim yang ingin belajar. Imbalannya cukup untuk menambah uang saku sekaligus mengamalkan ilmu agama. Jika mempunyai keterampilan mengetik cepat, dapat menawarkan jasa pegetikan skripsi / tesis kepada mahasiswa yang hendak mengahiri pendidikannya. Menjadi loper Koran juga bagian kerja yang sangat menguntungkan mahasiswa untuk mendapatkan upah. Peloper Koran bukan pekerjaan yang hina karena tanpa seorang loper, koran tersebut tidak mugkin sampai dengan tepat waktu bagi pembaca diruang baca. Penulispun pernah menjadi loper Koran untuk beberpa koran yang ada di kota Malang, lumayan dapat beli rokok dan yang penting menguasai lorong-lorong dan seluk beluk kota Bunga.
Mencoba berlatih membuat tulisan disurat kabar / majalah sangat menunjang kemampuan untuk mengungkapkan buah pikiran kepada khalayak ramai sambil mendapat honor. Pada mulanya memang terasa sulit dan berat, namun jika telah beberapa kali mencoba, “menulis itu gampang” (kata Arswendo). Untuk kesempatan pertama, buatlah tulisan yang berhubungan dengan bidang bidang ilmu yang dipelajari. Bahan tulisan tidak sulit dicari. Pastikan topik atau issu yang sedang ramai dibicarakan. Kemudian carilah bahan pustakanya, lalu buatlah tulisan dari sudut tertentu dalam konteks yang sama.
Hati- hati dengan uang.
Memperoleh tambahan penghasilan hanya merupakan tujuan sementara untuk mendukung kelangsungan studi sampai tamat. Karena fungsinya sebagai penyanggah darurat, maka jangan sampai lantas keenakan mencari uang sampai-sampai kuliah tercecer. Hal ini perlu ditekankan, kerena ada beberapa teman penulis terjebak mencari uang sampai menjadi mahasiswa abadi, sehingga ada satu dua yang terpaksa harus angkat kaki dari kampus karena drop out.
Untuk menghindari hal itu jangan sampai terjadi, kontrol diri dan kemampuan membagi waktu antara belajar dan mencari uang sangat dibutuhkan.
Akhirnya terserah pada anda, pilihan mana yang anda tentukan dan jalan mana yang akan ditempuh. Selamat mencoba, semoga sukses !!!
You Might Also Like :
0 komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan komentar, dan jangan lupa kembali lagi