Ketika natal kita rayakan, sebenarnya kita sedang merayakan kelahiran kita sendiri. Kelahiran sikap dan perilaku kita dengan meninggalkan semua tindak tanduk kita dimasa lampau. Natal bukan cuma pesta keagamaan tetapi sebuah pesta kemanusiaan, karena itu tempat yang tepat untuk merayakan Natal adalah dalam hati dan kehidupan sehari-hari yang harmonis dan penuh kebahagiaan.
Natal bukan soal berhura –hura, juga bukan soal baju baru atau aneka parfum baru, karana ketika Yesus menyaksikan perilaku kita –Dia akan berkata; ’’Lihatlah dari sini terdengar nyanyian tentang damai yang lahir, tetapi damai itu tak pernah hadir didalam hati mereka. Di sini mereka mengamini tugas dan mendemonstrasikan kasih kepada dunia tetapi mereka tidak mengasihi aku dan sesama mereka” Lalu menangislah Yesus tersedu-sedu karena menyaksikan kota dan anak-anak-Nya sudah berubah. Dia menangis karena ketika lagu malam kudus dinyanyikan dengan indah pada suatu malam yang tidak kudus. Dia menangis karena nyala pohon terang hanya memuaskan selera –selera rendah manusia. Dia menangis ketika nama-Nya dicetak untuk kartu masuk; kartu untuk masuk kedunia lupa diri dan kemaksiatan. Dia menangis karena pengorbanan –Nya sia-sia, dan -Dia lebih menangis lagi karena manusia tidak sadar akan dirinya sendiri.
Yang terutama dalam natal ini, adalah teladan Yesus Anak Domba Allah yang Kudus dalam mengorbankan diri untuk kita manusia yang berdosa ini. Dari surga yang kudus, Yesus rela datang ke dunia ini untuk menyelamatkan manusia dari belenggu dosa. Menyikapi makna natal yang paling mendasar ini, hendaknya kita mau dan rela untuk meneladani pengorbanan Yesus dalam setiap tindakan bukan untuk mencari nama, materi, dan embel-embel duniawi lainnya.
"Pro Ecclesia et Patria!!!
You Might Also Like :
0 komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan komentar, dan jangan lupa kembali lagi