Alfred Dama
Cerpen Anice Tunayt
poskupang.com Minggu, 9 Mei 2010 | 20:38 WIB
SEBAGAIMANA setiap orang terlahir unik, dia pun begitu. Bahkan lebih unik lagi, dia mendatangi planet bumi dengan cara menakjubkan. Di tengah-tengah semua orang harus terbentuk darinya, dia tidak. Hanya dia seorang yang bisa begitu.
Dia seorang yang menyenangkan, penyayang, baik budi tiada duanya, berkarakter. Benar-benar berintegritas.
Ketika dia berkata-kata, kau akan memasang saksama telingamu demi mendengar perkataannya. Kata-kata yang dia ucapkan begitu amat bermakna dan penuh hikmat. Mengajarkan tentang cinta. Pun mencontohkan bagaimana mewujudkan cinta jadi nyata. Suaranya lembut. Tapi, jangan kau bilang, itu hanya bagus di kata-kata, lembut di suara. Tidak…!!!. Oleh lakunya, kau akan tahu, dia benar-benar sempurna.
Dia anak raja, pewaris takhta kerajaan. Dia punya taman di pinggir kota. Taman yang sangat indah. Dengan panorama yang menakjubkan, begitu memukau.
Ketika berdiri di sana, kau akan terkesima dan berseru, Wow… It’s amazing! Where is this?”
Dan dia akan tersenyum manis tanda sayang melihat tingkah polosmu.
Begitu menakjubkan di sana, di taman itu.
Rerumputannya terhampar bagai permadani hijau mewah terbentang di pintu masuk, seolah mengucapkan selamat datang di malam penganugerahan Women of the Year’.
Kau akan melepaskan alas kakimu demi merasakan sentuhan menggetarkan dari pucuk- pucuk rumput yang baru saja dipangkas.
Saat mentari berkemas menjalankan kecintaannya, seisi penghuni taman siap memancarkan keanggunannya. Menebarkan pesona untuk kau nikmati.
Ketika mentari muncul, embun yang menempel di dedaunan akan berkilau ditimpa cahaya bola terang itu. Aneka warna bunga akan menyegarkan matamu yang letih pedih oleh asap kendaraan, asap kebakaran, debu maupun oleh jeritan pilu penderitaan.
Tak sadar kau memeram mata sejenak, mengembangkan cuping hidung, menghirup napas dalam-dalam harum bunga yang mewangi. Saat membuka, matamu tampak berbinar puas.
Angin berhembus pelan. Dirimu diterpa desahannya.
Batang-batang bambu bergesekan, menimbulkan alunan musik yang lembut. Musik alam.
Telingamu kau pasang dengan saksama. Tak rela membiarkan momen itu berlalu tanpa kau nikmati.
Saat menengadah, kau lihat langit biru terbentang luas. Awan putih berarak-arakan mengikuti arah angin bertiup. Kau kan berbaring di atasnya sambil bermain piano atau harpa atau musik apa pun yang kau sukai. Berasa lapang ruang hatimu, tenteram jiwamu.
Tak luput pula, ada aliran air meluncur dari pegunungan, teratur, mengumpul dalam sebuah telaga. Bening dan jernih. Kau dapat masuk, berendam dan merasakan kesejukannya. Nikmat. Segar. Ueeenaaak…. tenan!
Hewan-hewan lucu bermain-main dan bercengkerama di sana. Tak ada perebutan makanan di sana. Semua sudah ada porsinya masing-masing. Tak ada permusuhan. Mereka hidup rukun. Satu sama lain.
Saat surya perlahan-lahan berayun jauh, temperatur kian menurun, cahayanya kian redup, warna jingga langit memanggilmu untuk datang padanya. Melebur ke dalamnya. Bersama burung-burung yang terbang rendah, kalian akan bernyanyi-nyanyi gembira menikmati lembayung senja. Mengantar mentari yang telah bermetamor.
Kala malam, saat matahari pamit sebentar, tak lupa ia mengutus bintang-bintang untuk menyebarkan terang. Titik-titik kecil indah itu bertaburan di bentangan langit.
Kau dapat memandang dan tersenyum dengan mereka tanpa dihalangi kabut dan asap. Kelap-kelipnya mengajakmu bercengkerama dan melebur menerangi malam. Jiwamu disentuh lembut. Suara alam khas malam memanggilmu mengagumi kehidupan dan rindu mengabdikan dirimu pada kehidupan.
Di sana, tak ada bising lalu lintas. Tak ada lagi teriakan caci maki tetangga karena daun kering yang berguguran dari pohon mahoni di pekaranganmu mengotori halaman rumahnya, yang dari sononya, sudah tebal oleh yang lain.
Tak ada suara ketawa-ketiwi acara TV menyuguhkan kelucuan palsu. Tak ada lagi berita banjir melanda lahan subur, kekeringan mengganas padang gersang, badai menghantam negeri, bocah-bocah menderita busung lapar, bom meledak tiba-tiba, perburuan teroris, beruang banyak mencuri, tak beruang terinjak, orang sakit merintih pilu, serta yang ditindas melolong-lolong nyaring dan pedih.
Tak ada lagi yang berlemak memakan mentah-mentah daging yang kurus kering, mengunyah halus habis tulang mereka yang tinggal terbalut kulit tipis kusam, lalu menghisap habis darah mereka yang hanya ada air. Di sana, kau takan tertimpa kemalangan pun kesialan. Kau takkan pernah marah, kecewa, benci atau apa pun yang menyakitkan. Kau tak akan melukai dan dilukai.
Kau takkan merasa tidak dihargai, takkan merasa tidak diterima. TIDAK! Ketika kau baru saja memasuki gerbangnya, dia, yang sempurna itu sudah terlebih dahulu menantimu dan menyambutmu. Dia kan mengulurkan tangannya dan menyapamu lembut. Dialah yang akan membawamu berkeliling taman miliknya. Dia melakukannya dengan tulus, karena dia mencintaimu.
Siapa yang menerima cintanya tidak akan pernah menyesal. Kau ingin mati saja rasanya, seakan tak rela waktu terus berjalan. Kau berharap, kiranya jarum jam berhenti berputar -- menyiratkan matinya waktu -- agar kamu dapat berlama-lama menikmati kemewahan momen itu.
Kemesraan ini, janganlah cepat berlalu,”* begitu yang akan kau lagukan.
Oh tidak!!! Semua keindahan yang pernah kau dengar, kau lihat, kau kunjungi, kau bayangkan selama ini, tidak akan menandingi taman milik satu orang ini.
Sobatku, bila kau mendambakan itu, di sini, ada beberapa petuah dari opa* kita, yang perlu kubagikan padamu. Betapa hatimu berkeping-keping memimpikannya, betapa pun kau meringis untuk memilikinya, begitu inginnya kau bersamanya sepanjang hari, bahkan ingin menghabiskan malam dengannya, tenanglah tenang!
Jangan bergerak sepihak! Jangan agresif menarik dia datang padamu! Jangan mengejarnya! Bukan cinta bila dia kau kejar. Jangan memaksanya mengikuti keinginanmu! Bukan cinta bila kau paksa. Tenanglah tenang! Dia telah memikirkan kamu jauh sebelum kamu pernah berpikir mengenainya. Dia sudah menentukan pilihannya.
Dia kan menemukanmu. Dia kan melirikmu, bergerak datang padamu. Dia kan melambaikan tangan ke arahmu, memanggilmu, bila kamu memang miliknya, yang sejak semula ditetapkan untuk dia.
Dia memilihmu karena dia cinta kamu. Kamu yang kamu, bukan kamu yang orang lain. Dia cinta kamu apa adanya. Dia akan memungutmu’ ke dalam hatinya yang terdalam. Kau kan mekar di lubuk hatinya.
Entah…, seburuk apa pun kamu, sekotor dan senajis apa pun kamu, atau… betapa orang bergidik jijik melihat kamu, dia kan memilihmu, untuk mencintaimu dengan nyata, dengan tulus. Tenanglah tenang! Jangan khawatir! Dia yang kan menghampirimu.
Kau hanya bisa buka hati, lebar-selebar-lebarnya. Pastikan panca inderamu berfungsi dengan baik, agar ketika bahasa tubuhnya menunjukan tanda-tanda, mengisyaratkan sesuatu, kau bisa peka.
Jangan menentang ordomu sebagai perempuan, cucuku! Kau tangguh juga rapuh. Satu paradoks. Sekalipun kamu resah dan ingin memperjelas statusmu, sabarlah...! Yakinlah dulu, bahwa diapun menaruh perasaan terhadapmu. Kalau tidak, bersabarlah sebentar! Jangan gegabah!
Biarkan dia berinisiatif. Ketika dia menghampirimu dan menyatakan cintanya, di situlah kau berespons. Sebab, jikalau kau yang berinisiatif dan dia berespons, akhh… tidak…! Kukira alam semesta pun akan menyaksikan bahwa: karena cinta, dia berinisiatif dan yang dicinta berespons.
Cucuku! Kau tak punya daya untuk berinisiatif. Gerakan dirimu tak bisa membuat dia bergeming bila belum tiba waktunya. Cucuku! Dia lebih punya daya. Lebih kuat cintanya. Sangat besar cintanya. Betapa pun kau bilang cintamu lebih besar, itu bohong. Dia lebih. Dalam dirinya, penuh dengan cinta. Dia pemilik cinta.
Dan ketika kau tahu, dia memilih kamu, memanggil kamu, janganlah bengong atau berdiam diri! Jangan membantah ataupun melawan! Jangan…! Jangan tolak cintanya! Keputusanmu untuk menerima atau menolak akan membawamu pada hari-harimu selanjutnya. Konsekuensinya tidak sebentar, tapi sepanjang hidupmu.
Maka, persiapkan dirimu! Berbenahlah! Sambut panggilannya! Terima uluran tangannya! Penuhi panggilannya! Penuhilah permintaannya! Dia tidak menuntut melampaui kapasitasmu. Dia hanya meminta kamu mau meresponsi dia, dan mau bersama dia.
Biarkanlah dia menawanmu karena kau kan mendapat kebebasan sejati. Biarkan dia menuntun langkahmu karena jalanmu punya tujuan dan penuh makna.
Dan… kini, kau yang telah dipilihnya, kau tidak hanya disebut mantu raja, melainkan anak raja. Kau tercatat sebagai pewaris takhta kerajaan.
Berterimakasihlah padanya! Jangan berpangku tangan! Abdikanlah seluruh hidupmu padanya! Dengan tulus. Berlandaskan cinta. Kenapa? Karena cinta, kau dipanggilnya.
Pancarkan pesona cinta! Tebarkan aroma cinta itu! Tunjukkan fabulous-nya** taman itu pada semua makhluk agar mereka pun turut menikmati keindahannya!
Kau yang telah dipilihnya, jangan menyimpulkan bahwa kau yang mencari dan menemukannya. Jangan berpikir itu hasil kerja kerasmu sehingga mendapatkan dia. Atau kalau bukan itu…. Ini, jangan membusungkan dada karena, kau pikir kau istimewa sehingga bisa dipilih. Tidak! Dia tidak memilih kamu karena kamu istimewa, cantik, anggun, menarik, pintar atau baik. Dia memilih kamu karena… ya semata-mata hanya karena CINTA. Dia cinta kamu. Kamu yang kamu, bukan kamu yang orang lain.
Tapi… kalau sekarang, sepengetahuanmu, tak ada tanda-tanda cinta darinya untukmu. Sabarlah…! Mungkin itu yang kau tahu. Tapi di sana, dia tahu, hatinya terkoyak-koyak merindukan kamu. Walau tampaknya ia diam membisu, tapi dalam dirinya, ada pergolakan, ada cinta yang membara. Namamu ada dalam kepalanya, hatinya dan jiwanya.
Kalaupun belum dinyatakan padamu, dan kalau dia memang mencintaimu, sudah punya rencana untuk memilihmu jadi miliknya, ketahuilah, tentu ada waktu yang tepat, untuk dia menyatakan cintanya padamu. Yah…! Segala sesuatu indah pada waktunya,” opa menyudahi petuahnya.
Dan di atas meja belajarmu, kutemukan selembar kertas putih bertuliskan:
Sepotong Doa
Di pojok bola kecil ini, aku berdiri, menanti kapan aku dipanggil olehmu. Untuk bercengkrama, bercumbu, bercinta dan melebur denganmu. Aku hanya bisa berharap dalam diam. Dadaku berdegup kencang, apakah aku dipilih?
Oh…! Kau begitu sempurna. Kau yang penyanyang, penuh cinta kasih, yang benar- benar mencintai perempuan sebagaimana adanya diri mereka. Tak sanggup aku menggapaimu, dengan kekuatan diriku.
Kaulah yang berinisiatif dan aku berespon. Aku tak bisa memaksamu. Aku tak punya daya untuk itu. Hanya karena cintamu, aku bisa datang, mendekat. Kalau sekarang aku mendambakanmu, itupun karena kau lebih dulu mencintaiku sehingga timbul gejolak dalam diri berharap demikian. CINTAMU pula yang mengantar aku menerima cintamu.
Kini, aku mau memancarkan dan menebarkan aroma cintamu pada sebagian diriku yang lain agar merekapun turut merasakannya”
Oh… Sobat! Cemerlang benar pemikiranmu!
Dan kini, tahukah kamu? Ketika kau berserah total padanya, ketika kau benar-benar menyerahkan harapanmu sepenuhnya pada pemilik kehidupan, dan tak segenit cacing kepanasan untuk memiliki dan mengatur dia semaumu, partikel-partikel di alam abadi ini tidak buta, tidak tuli, tidak mati untuk merasa. Mereka akan menyampaikan doamu yang tulus itu padanya.
Yakinlah! Dia pasti memilihmu. Dia pasti memanggilmu, membawamu dan menikmati taman keindahan serta seluruh keberadaannya.
Kau pasti menikmatinya. Dan dengannya, kau duduk bahagia dalam pelaminan kudus. (*)
Terinspirasi dari lagu Sheila On 7 yang berjudul Untuk Perempuan”.
tuk Sobat
* Kemesraan’ oleh Iwan Fals
** Kakek
*** Hebat, menakjubkan, luar biasa.
You Might Also Like :
0 komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan komentar, dan jangan lupa kembali lagi