16-Nov-2009
Senin, 16 November 2009 - Oleh Maurinus W. Gili Tibo, Staf Pengkab Kupang
Florespos.com - Salah satu pilihan yang paling tepat dan memungkinkan untuk berwirausaha dalam kondisi saat ini adalah agribisnis. Menurut Saragih (2003), agribisnis sebagai sektor ekonomi rakyat masih memiliki prospek yang cerah untuk dikembangkan lebih lanjut, baik untuk memperkuat ekonomi kemasyarakatan, maupun sebagai andalan Indonesia dalam era perdagangan bebas.
Agribisnis merupakan salah satu cara untuk melihat pertanian sebagai suatu sistem bisnis yang terdiri dari empat sub sistem yang saling terkait satu sama lainnya, yaitu: sub sistem agribisnis hulu, sub sistem agribisnis usahatani, sub sistem agribisnis hilir, dan sub sistem agribisnis jasa penunjang (supporting institution). Dari keempat sub sistem agribisnis ini, nilai tambah ekonomi terbesar terdapat pada agribisnis hulu dan hilir. Sedangkan, pada agribisnis usahatani, nilai tambah yang ada relatif kecil. Pada umumnya orang yang menguasai agribisnis hulu dan hilir adalah bukan petani dan akan menerima pendapatan relatif tinggi.
Peluang agribisnis hulu dan hilir hanya terdapat di desa yang masih memiliki faktor-faktor produksi untuk usahatani dengan kisaran yang layak. Agribisnis hulu mencakup semua kegiatan usaha untuk memproduksi dan menyalurkan input-input pertanian yang meliputi pengadaan bibit unggul, pupuk, obat-obatan, pakan ternak, dan sebagainya.
Sedangkan, agribisnis hilir sering disebut juga sebagai agroindustri yaitu kegiatan pengolahan hasil pertanian menjadi produk berkualitas tinggi. Hasil pertanian ini bisa langsung dikonsumsi, tetapi akan bernilai ekonomis tinggi bila diolah dengan teknologi yang mendukung. Untuk mengelola faktor-faktor produksi, pola pengembangannya masih terbuka luas bagi mereka yang ingin mengusahakannya yaitu agribisnis usahatani.
Misalnya di NTT, khususnya daratan Timor, peluang pengembangbiakan sapi potong terbuka luas. Potensinya ada. Ditambah lagi dengan program jagungisasi. Limbah jagung bisa dijadikan pakan ternak. Untuk menghadirkan suatu kawasan peternakan terpadu, perlu disupport oleh input lahan penggembalaan, ketersediaan air, pasokan pakan, serta perangkat regulasi yang mengatur tentang tata ruang suatu kawasan.
Untuk kelancaran kegiatan agribisnis, hal yang penting juga dilakukan adalah mobilitas pengangkutan hasil-hasil pertanian serta fasilitas penyimpanan (storage). Ini untuk menghubungkan petani/produsen dengan konsumen. Dukungan transportasi tidak saja berupa sarana mobilitas tetapi juga infrastruktur jalan yang memadai. Masih menjadi pertanyaan, apakah seluruh desa yang ada di NTT, bahkan di Republik ini, sudah terjangkau dengan akses jalan yang memadai?
Sektor agribisnis merupakan lapangan kerja yang berperan besar dalam menurunkan tingkat pengangguran. Yang menjadi catatan adalah bahwa kemajuan yang dicapai oleh negara-negara maju seharusnya membuka mata kita (negara berkembang) bahwa pengembangan pertanian sudah seharusnya dipusatkan pada pengembangan produktivitas yang dicapai melalui tata kelola manajemen agribisnis yang baik.
Dua orang pakar agribisnis AS yakni Downey dan Erickson (1988) bertanya, mengapa negara-negara industri maju dengan jumlah angkatan kerja sebesar 3% yang bergelut di sektor usahatani, misalnya AS, justru menjadi eksportir utama bahan pangan, sementara negara-negara pertanian dengan lebih dari 50% angkatan kerja yang setiap hari bergelut langsung di sawah dan ladang di bawah teriknya matahari justru sering dilanda bencana kelaparan dan rawan pangan, lalu menjadi importir utama bahan pangan?
Untuk menjawabi pertanyaan ini, kita harus terlebih dahulu menelaah prinsip manajemen agribisnis yang bersentuhan langsung dengan masyarakat. Kepiawaian menjalankan manajemen agribisnis terletak pada seni menggunakan prinsip dasar manajemen untuk menjalankan bisnis, karena ada perbedaan antara manajemen agribisnis dengan manajemen lainnya.
Hal yang membedakannya antara lain: Pertama, keanekaragaman jenis bisnis yang sangat besar pada sektor agribisnis, yaitu dari para produsen dasar sampai para pengirim (shipper), perantara, pedagang borongan, pemroses, pengepak, pembuat barang, usaha pergudangan, pengangkutan, lembaga keuangan, pengecer, kongsi bahan pangan, restoran, dan lain-lain. Contohnya, perjalanan sebungkus abon daging sapi mulai dari anak sapi sampai jadi abon dan berada di gudang para grosir (toko makanan) akan melibatkan hampir setiap jenis perusahaan bisnis yang dikenal oleh peradaban.
Kedua, Besarnya jumlah bisnis pendukung yaitu berjuta-juta bisnis yang berbeda telah lazim menangani rute dari produsen sampai ke pemasar eceran.
Ketiga, Cara pembentukan agribisnis dasar di sekeliling petani yang menghasilkan beratus-ratus macam bahan pangan dan sandang (serat). Hampir semua agribisnis terkait erat dengan pengusaha tani, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Keempat, keanekaragaman yang tidak menentu dalam hal ukuran agribisnis, dari perusahaan raksasa seperti Dow Chemical sampai pada organisasi yang dikelola oleh satu orang atau satu keluarga.
Kelima, Agribisnis berukuran kecil dan harus bersaing di pasar yang relatif bebas dengan penjual yang berjumlah banyak dan pembeli yang lebih sedikit.
Keenam, falsafah hidup tradisional yang dianut para pekerja agribisnis cenderung membuat agribisnis “lebih kolot” dibanding bisnis lainnya.
Ketujuh, kenyataan bahwa badan usaha agribisnis cenderung berorientasi pada keluarga. Banyak agribisnis dijalankan oleh keluarga. Suami dan istri sering sangat terlibat baik pada tahap pengoperasian maupun tahap pengambilan keputusan bisnis berdasarkan mitra kerja penuh (full-partnership).
Kedelapan, kenyataan bahwa agribisnis cenderung berorientasi pada masyarakat. Banyak diantaranya berlokasi di kota kecil dan daerah pedesaan, dimana hubungan antarpersonal penting dan ikatan bersifat jangka panjang. Antara penduduk dengan penduduk dan antara keluarga dengan keluarga terjadi saling mengenal, barangkali untuk beberapa generasi.
Kesembilan, kenyataan bahwa agribisnis, bahkan yang sudah menjadi industri raksasa sekalipun, sangat bersifat musiman. Karena hubungan yang sangat erat dan saling tergantung antara agribisnis dengan para pengusaha tani, dan karena sifat alami musim tanam dan panen, maka seringkali timbul masalah-masalah khusus.
Kesepuluh, agribisnis bertalian dengan gejala alam seperti kekeringan, banjir, hama, dan penyakit yang merupakan ancaman yang tetap terhadap agribisnis.
Kesebelas, Dampak dari program dan kebijakan pemerintah langsung bersentuhan dengan agribisnis. Contohnya, harga gabah sangat dipengaruhi oleh peraturan pemerintah.
Penetapan Jenis Usaha
Langkah-langkah yang ditempuh, sebagaimana disarankan oleh Susilo Astuti dalam SinTa Edisi 29 No. 3314 (2009) antara lain: Pertama, mengidentifikasi jenis-jenis usaha yang hasilnya diperlukan masyarakat atau cepat dijual.
Kedua, pilihlah paling banyak 5 jenis usaha yang diperlukan masyarakat dan pemasaranny diperkirakan bagus. Misalnya, dipilih usaha seperti kripik pisang, kripik singkong, abon daging sapi/ikan, bawang goreng, dan kacang goreng. Ketiga, menganalisis aspek non budget mana yang menjadi prioritas dikaitkan dengan prospek pemasarannya.
Keempat, menganalisis aspek budget dari jenis-jenis usaha yang telah dipilih meliputi perkiraan keuntungan, periode keuntungan, dan perkiraan jumlah hasil. Kelima, lakukan penetapan jenis usaha yang pasti dari pilihan kelima jenis usaha tadi.
Kendala Agribisnis
Pengembangan agribisnis masih berhadapan dengan banyak kendala. Di antaranya: Pertama, kurangnya iklim usaha yang dapat merangsang pelaku agribisnis untuk mengembangkan bidang ini.
Misalnya, terbatasnya sarana pemasaran seperti transportasi jalan, listrik dan fasilitas pascapanen, keterbatasan prasarana permodalan dan perkreditan, kurangnya tenaga ahli yang mampu melayani kegiatan-kegiatan sektor ini pascapanen, serta ketidakteraturan penyediaan bahan baku sehubungan dengan masalah jumlah dan mutu sesuai kebutuhan.
Kedua, masih relatif besar risiko bagi sektor ini sebagai akibat dari perubahan musim yang tak teratur, serangan hama penyakit, serta ketidakpastian pasar yang mana tidak dibarengi oleh kebijakan-kebijakan perlindungan dan bantuan yang sesuai untuk menghadapi risiko-risiko tersebut.
Ketiga, kebijakan sektor pertanian masih mengutamakan peningkatan produksi pangan dan belum banyak menyentuh komoditas pertanian lainnya.
Keempat, produk pertanian merupakan produk yang mudah rusak, tidak tahan disimpan lama sehingga beresiko. Kelima, rata-rata luas lahan kepemilikan petani sempit, sedangkan agribisnis jika profitable, butuh lahan yang luas.
Keunggulan Agribisnis
Agribisnis ditempatkan sebagai motor penggerak perekonomian karena memiliki arti penting yaitu pertama, aktivitas agribisnis untuk menghasilkan pangan akan selalu ada selama manusia masih butuh makan untuk hidup. Kedua, agribisnis merupakan usaha ekonomi yang hemat devisa karena berbasis pada sumberdaya lokal (resource base) sehingga memiliki daya saing kuat.
Ketiga, agribisnis memiliki kaitan usaha ke depan (forward linkage) dan ke belakang (backward linkage) yang kuat, sehingga perkembangan budidaya pertanian otomatis akan mendorong industri hulu dan hilir (agroindustri) termasuk sektor jasa.
Keempat, pertanian merupakan sumber mata pencaharian utama masyarakat dan masih merupakan sektor penyerap tenaga kerja yang besar.
Kelima, budaya masyarakat Indonesia masih didominasi oleh kultur dan tradisi agraris yang kuat, sehingga way of life seperti ini sangat menunjang pengembangan agribisnis.
Keenam, ketersediaan lahan dan sumberdaya alam Indonesia yang besar dan belum dimanfaatkan secara optimal, menjadi prasyarat dasar yang dimiliki bangsa ini untuk mengembangkan agribisnis.
Ketujuh, dalam era globalisasi sekarang, yang mampu bersaing di pasaran dunia adalah barang sekunder (agroindustri olahan), maka agroindustri berpeluang besar untuk dikembangkan mengingat ketersediaan bahan baku cukup besar. Kedelapan, kontribusi agribisnis/agroindustri dalam perekonomian nasional (PDB) cukup besar, khususnya dalam industri non migas.
Kesembilan, pada akhirnya mengembangkan agribisnis identik dengan pemberdayaan ekonomi rakyat, karena secara objektif sebagian besar masyarakat yang bergerak di sektor ini adalah masyarakat miskin yang berjumlah jutaan.
Harapan
Pengembangan agribisnis dapat meminimalisasi angka pengangguran. Agribisnis mampu menyerap tenaga kerja yang berminat dalam bidang pertanian, baik yang pemula maupun korban PHK. Jika kita terus bertekun dan bekerja keras mengembangkan agribisnis, niscaya agribisnis sebagai pilihan mampu membawa masa depan ke arah yang lebih baik; menjadikan Indonesia sebagai negara agraris yang unggul. Tidak usah malu mencontohi Thailand dan Taiwan yang menjadikan agribisnis sebagai kiblat pembangunan pertanian. Sudah terbukti, dua negara tersebut menjadi negara agribisnis yang tangguh dan disegani.***
You Might Also Like :
0 komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan komentar, dan jangan lupa kembali lagi